KELANGKAAN
SUMBER DAYA AIR
“Faktanya, dunia sudah berada di
ambang masalah kelangkaan air”
Kelangkaan air mungkin masalah sumberdaya
paling diremehkan yang dihadapi dunia saat ini. Padahal masalah
kelangkaan air sudah mulai dihadapi dunia. Ini diungkapkan Earth Policy
Institute dalam sebuah rilis, Rabu (30/7). Tujuh puluh persen dari air dunia digunakan untuk
irigasi. Ini harus disadari. Tiap harinya kita minum air kira-kira 4 liter
saja, akan tetapi dibutuhkan 2.000 liter air atau 500 kali lipat lebih banyak untuk
memproduksi makanan yang kita konsumsi. Dalam produksi 1 ton gandum, sebanyak
1.000 ton air digunakan.
Di antara tahun 1950 sampai dengan
2000, area irigasi dunia memang tercatat naik tiga kali lipat, menjadi sekitar
700 juta hektare. Bagaimana pun, pasca beberapa dasawarsa peningkatan,
pertumbuhan telah melambat drastis—perluasan hanya 9 persen dari 2000-2009. Hal ini, ditambah berkurangnya
sumber-sumber air tanah, memberi sinyal bahwa dunia sudah menuju
kelangkaan air. Pada
hari ini terdapat 18 negara, memompa akuifer air tanah mereka secara
berlebihan, di antaranya tiga negara penghasil gandum yaitu Tiongkok, India,
dan Amerika Serikat.
Arab Saudi adalah negara pertama
yang secara terbuka memprediksi bagaimana hasil panen gandum turun akibat
penipisan akuifer. Dan negaranya akan segera bergantung total pada impor baik
dari pasar dunia maupun proyek-proyek pertanian luar negeri.
Sementara itu, air terjun yang sebagian besar tersembunyi,
mata air-mata air mengering atau berkurang sebelum mencapai laut, sangat
terlihat. Antara lain sejumlah sungai besar;
Sungai Colorado di barat daya AS, Sungai Kuning di utara Tiongkok, hingga
Sungai Indus di Pakistan dan Gangga di India. Pula banyak sungai kecil dan
danau-danau menghilang seiring meningkatnya kebutuhan air.
Dunia sudah menghadapi masalah kelangkaan
air di depan mata. Sering
dikatakan bahwa perang di masa depan akan lebih mungkin perebutan air ketimbang
minyak. Namun, kenyataannya kompetisi untuk air ini tengah terjadi di pasar
gandum dunia. Negara-negara dengan finansial terkuat, cenderung jadi yang
bernasib paling baik dalam kompetisi sengit ini. Perubahan iklim terkait perubahan hidrologis. Kenaikan
temperatur rata-rata global akan berarti cuaca ekstrem: kita bicara kekeringan
pada beberapa daerah, banjir pada daerah-daerah lain, serta tamatnya
prediktabilitas untuk keseluruhan segi.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar