Nama : Faiz Aisyah Zuraidah
NPM : 32412690
Kelas : 2ID01
Raden Dewi Sartika adalah Pahlawan
pendidikan kaum wanita Indonesia, pahlawan nasional, sekaligus tokoh panutan di
kalangan masyarakat Sunda. Beliau bersama Kartini adalah tokoh perempuan terkemuka Indonesia. Totalitasnya dalam
memperjuangkan pendidikan terutama bagi kaum perempuan di akui dan diberikan
apresiasi pemerintah dengan memberinya gelar pahlawan nasional sejak tahun
1966. Dewi Sartika adalah putri pasangan Raden Somanegara dan Raden Ayu Permas.
Ayahnya seorang patih di Bandung. Kedua Orang tuanya adalah pejuang kemerdekaan
yang pernah diasingkan di Ternate (maluku). Setelah kedua orang tuanya di
asingkan, Dewi Sartika kemudian di asuh pamannya (Patih Aria) yang tinggal di
Cicalengka.
Biodata Dewi Sartika
Nama
|
Raden Dewi
Sartika
|
tanggal lahir dewi sartika
|
Cinean, 11
September 1947
|
Wafat
|
Tasikmalaya,
11 September 1947
|
Penghargaan
|
Pahlawan
Nasional berdasarkan SK Presiden RI no 152/1966
|
Riwayat hidup Raden Dewi Sartika
Semasa hidupnya, Dewi Sartika amat gigih memperjuangkan nasib dan harkat
kaum perempuan. Sejak 1902, Dewi
Sartika sudah merintis pendidikan bagi kaum perempuan. Di rumahnya, Dewi Sartika mengajar
anggota keluarga dan kaum perempuan disekitarnya
mengenai berbagai keterampilan seperti membaca, menulis, memasak, dan
menjahit.
Pada tanggal 16 Juli 1904 beliau
mendirikan Sakola Istri atau sekolah perempuan di Kota Bandung. Sekolah ini
menjadi lembaga pendidikan bagi perempuan yang pertama kali di dirikan di
Hindia Belanda. Tahun 1913 Sakola Istri kemudian diganti namanya menjadi Sakola
Kautamaan Istri. Tahun 1913 mendirikan organisasi Kautamaan Istri di
tasikmalaya yang menaungi sekolah-sekolah yang didirikan Dewi Sartika.Tahun
1929 Sakola Kautamaan Istri Berganti nama lagi menjadi Sekolah Raden Dewi dan
oleh pemerintah Hindia Belanda dibangunkan gedung baru yang besar dan lengkap.
Sejak kecil Dewi Sartika memang telah memiliki jiwa pendidik. Beliau sering
mengajarkan baca tulis dan berlatih berbahasa Belanda kepada anak-anak para
pembantu di Kepatihan. Pola pembelajaran yang dilakukan dengan cara sambil
bermain sehingga ia amat disenangi anak-anak didiknya.
Apa yang telah dilakukan Dewi Sartika
sejak kecil ini berdampak luas sehingga nama Dewi Sartika di kenal luas oleh
masyarakat sebagai seorang pendidik, terutama di kalangan perempuan. Dewi
Sartika menikah tahun 1906,
dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata yang juga
berprofesi sebagai pendidik sehingga keduanya memiliki kesamaan visi dalam
meajukan pendidikan di lingkungan masyarakatnya.
Setelah terjadi Agresi militer Belanda tahun 1947, Dewi Sartika ikut
mengungsi bersama-sama para pejuang yang terus melakukan perlawanan untuk
mempertahankan kemerdekaan. Saat mengungsi inilah, Dewi Sartika sudah lanjut
usia dan Wafat tanggal 11 September 1947 di Cinean Jawa Barat. Makam Beliau
kemudian di pindahkan ke Bandung.